Estoronesia: Desember 2012

Jumat, 28 Desember 2012

PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN


  Pengertian Media Pembelajaran

       Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’.[1] Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software)dan/atau alat (hardware). Media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.[2] Pengertian ini sejalan dengan batasan  yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.[3]
       Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium[4] atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.[5]
       Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne , yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran.[6] Menurut National Education Association (NEA) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.[7]
       Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif
Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990
[2] Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002)
[3] Gagne (1985)
[4] (Gagne, et al., 1988)
[5] Heinich, et.al., (1993)
[6] Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988)
[7] NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990)

Kamis, 27 Desember 2012

JENIS DAN KRITERIA MEDIA PEMBELAJARAN




   A.  Jenis-jenis Media Pembelajaran

1. Media Visual

Media visual adalah media yang menampilkan materi pebelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat dilihat oleh mata manusia. Media visual berdasarkan teknologinya dibedakan mejadi dua:

a. Media visual non-elektrik

Yaitu media visual yang cara kerjanya tidak menggunakan energi listrik.Contohnya: white board, papan tulis, flannel board, poster, flip chart, model atau solid aids.

b. Media visual elektrik

Yaitu media visual yang cara bekerjanya memerlukan tenaga listrik. Contoh dari media ini misalnya: Slide Projector, Over Head Projector (OHP), Opaque Projector.

2. Media Audio

Media Audio yaitu media yang menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar oleh telinga manusia. Berdasarkan teknologinya Medis Audio di bedakan menjadi dua, yaitu:

a. Media Audio Elektrik
Yaitu media audio yang cara penggunaanya memerlukan energi listrik, contohnya: amplifier, Radio, Tape Recorder, CD Player.
b. Media Audio Non-Elektrik
Yaitu media audio yang penggunaanya tidak memerlukan energy listrik, contohnya; berbagai peralatan musik seperti gitar, gamelan suling dan sebagainya yang digunakan dalam pembelajaran seni suara ataupu seni musik.

3. Media Audio Visual

Media ini menampilkan materi pembelejaran dalam bentuk sesuatu yang dapat didengar telinga manusia dan dapat dilihat oleh mata manusia. Pada beberapa jenis peralatan audio visual, gambar yang ditampilkan bisa bergerak, contohnya: DVD Player dan Komputer.

4. Multimedia

Media ini menampilkan materi pembelajaran dengan teknik memadukan semua keunggulan media audio visual dengan berbagai teknik penyajianyang memanfaatkan teknologi computer dan LCD Projektor sebagai peralatan utamanya. Dengan penggunaan multimedia, guru dapat langsung menampilkan hasil diskusi dalam waktu yang bersamaan di layar.

 

Seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan media informasi, maka media pembelajaran juga mengalami pergeseran. Media pembelajaran yang dulu banyak digunakan, sekarang mulai banyak ditinggalkan. Seperti penggunaan OHP sekarang mulai digantikan dengan LCD Proyektor.

 



B.  Kriteria Media Pembelajaran Yang Baik

Semua media memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Oleh sebab itu maka guru harus memahami kriteria media pembelajaran yang baik yng dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam memilih media pembelajaran. Kriteria tersebut meliputi:

  1. Media menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran yang akan diselenggarakan.
  2. Sesuai dengan karakteristik kelas termasuk jumlah siswa.
  3. Sesuai dengan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dirancang.
  4. Sesuai dengan tempat penyelenggaraan belajar dan pembelajaran apakah di dalam ruangan yang kecil, ruang yang luas, atau di luar ruangan.
  5. Memuat informasi yang dapat mencium terjadi proses pembelajaran yang interaktif dan tidak sebaliknya justru menyajikan keseluruhan materi yang akan diajarkan.
  6. Tampilan sederhana dan singkat tetapi memperjelas pemahaman bukan sebaliknya justru membuat siswa semakin bingung.
  7. Sebaiknya dapat di operasikan sendiri oleh guru atau terdapat tenaga operator yang dapat mengoperasikannya.
  8. Didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana seperti tenaga listrik untuk pengoperasiannya.
  9. Biayanya yang diperlukan untuk pengadaan dan pengoperasian serta perawatan masih dalam skema anggaran sekolah.
                                                                 
        

Minggu, 23 Desember 2012

PERBEDAAN PTK DENGAN PENELITIAN FORMAL



Selama ini penelitian untuk kepentingan pendidikan didominasi oleh penelitian formal. Yang termasuk penelitian formal antara lain penelitian deskriptif, penelitian korelasional dan penelitian eksperimen. 

Salah satu kelemahan penelitian formal yaitu karena banyaknya fenomena pendidikan, terutama untuk pembelajaran di kelas yang tidak dapat dijelaskan atau diatasi dengan pendekatan tersebut. 

Beberapa fenomena, seperti anak lamban belajar, hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, atau berbagai kasus pengajaran di kelas seringkali tidak tertangkap oleh penelitian formal dengan instrumen-instrumen yang telah disiapkan dalam konstruksi tertentu. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan model penelitian kuantitatif juga sering kali tidak dapat merekam hal-hal tersebut. Penggunaan model mengajar dengan interaksi secara otoriter dan instruktif juga tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu jalan keluar yang dipilih oleh para ahli pendidikan untuk mengatasinya yakni dengan model pendekatan kualitatif. Para ahli pendidikan menganggap  model pendekatan kualitatif lebih akomodatif untuk pembelajaran di kelas.


Salah satu tipe penelitian kualtatif dibidang pendidikan adalah penelitian tindakan. Esensi penelitian tindakan terletak pada adanya tindakan dalam situasi alami untuk untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam pemnelajaran. Penelitian tindakan yang dilaksanakam di kelas disebut penelitian tindakan kelas. 

PTK berangkat dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh guru/calon guru di kelas. Hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kepentingan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas atau untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Prosedur pelaksanaannya dapat dimulai dengan analisis situasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, perefleksian dan evaluasi terhadap dampak tindakan. 

Prosedur ini dapat diulang sampai diperoleh hasil sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan untuk meningkatkan keprofesionalan guru.

1. PENELITIAN FORMAL

  • Dilakukan oleh orang luar kelas, misalnya dosen ilmuwan, mahasiswa yang melakukan eksperimen tertentu.
  • Di lingkungan dimana variabel-variabel luar dapat dikendalikan.
  • Sampel harus representatif
  • Mengutamakan validitas internal dan eksternal.
  • Menuntut adanya penggunaan analisis statistik yang rumit, signifikansi statistik yang dtentukan sejak awal, dan memeriksa hubungan sebab akibat antar variabel.
  • Mempersyaratkan hipotesis.
  • Mengembangkan teori dan tidak memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung.
  • Hasil penelitian merupakan produk ilmu yang dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.
  • Berlangsung secara linear (bergerak maju)
  • Tidak kolaboratif dan individual.

2. PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

  • Dilakukan oleh kepala sekolah, guru atau calon guru.
  • Dilakukan di kelas atau di sekolah
  • Kerepresentatifan sampel tidak menjadi syarat penting
  • Lebih mengutamakan validitas internal
  • Tidak menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit. Menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dan memahami dampak suatu intervensi pendidikan (tindakan)
  • Tidak selalu menggunakan hipotesis
  • Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
  • Hasil peelitian merupakan peningkatan mutu pembelajaran di lingkungan pembelajaran tertentu tempat dilakukannya PTK
  • Berlangsung secara siklus (berdaur)
  • Kolaboratif dan kooperatif.

Sumber: Dasna, 2007: 4-5 dan Mills, 2003:4

PENGERTIAN PTK DAN DASAR TEORITIK

PENGERTIAN PTK


Secara sederhana PTK dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi dan situasi pembelajaran.

Definisi lain menyebutkan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk dan oleh masyarakat dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dan kelompok sasaran. Selain itu PTK juga diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain dengan melengkapi fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis. 

Dalam praktiknya, penelitian tindakan kelas menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian. Hal ini merupakam suatu upaya menyelesaikan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Secara sadar pihak yang terlibat (calon guru, guru, dosen, widyaiswara, instruktur, kepala sekolah dan warga masyarakat) mencoba merumuskan suatu tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat menyelesaikan masalah atau memperbaiki situasi dan diperkirakan secara cermat mengamati pelaksnaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklus (berdaur) oleh guru/calon guru di dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses PTK dimulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal-hal baru demi peningkatan proses pembelajaran.



DASAR TEORITIK

1. KARAKTERISTIK PTK
PTK mempunyai ciri khas yang dapat membedakan dengan jenis penelitian lain. Sesuai dengan namanya penelitian tindakan kelas memiliki ciri sebagai berikut:
a. Masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari-hari di kelas yang dihadapi guru/calon guru, termasuk bagaiman membelajarkan siswa dengan pendekatan kontekstual, bagaimana mengembangkan kecakapan hidup siswa, bagaimana mengembangkan kompetensi siswa berdasarkan KTSP.
b. Diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memecahka masalah tersebut dalam rangka memperbaiki/meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
c. Terdapat perbedaan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan PTK.
d. Guru sendiri yang berperan sebagai peneliti, baik secara perorangan maupun kelompok. Pihak lain seperti calon guru, kepala sekolah, pengawas atau dosen dapat bertindak secara kolaboratif sebagai mitra peneliti. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ciri khas PTK berfokus pada masalah praktis masalah pembelajaran di kelas, adanya tindakan untuk memperbaiki proses, dan menekankan pada peningkatan keprofesionalan guru.
Berikut dideskripsilan karakteristik lain PTK:
a. PTK bersifat situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, misalnya di kelas pada suatu sekolah dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks tersebut. Masalahnya diangkat dari proses pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru dan/atau siswanya(Depdikbud,1999:8). Kemudian diupayakan penyelesaiannya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru dan sekolahnya dengan jalan merefleksi diri sebagai praktisi dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya sebagai peneliti praksisnya sendiri secara sistematis.
b. PTK merupakan upaya kolaboratif antara guru/calon guru dan siswa-siswanya, yaitu suatu kerjasama dengan perspektif yang berbeda. Misalnya, bagi guru untuk peningkatan keprofesionalannya dan bagi siswa untuk peningkatan prestasi belajarnya. Bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Dengan sendirinya kerjasama kolaboratif ini juga bersifat partisipatori karena setiap anggota tim mengabil bagian secara langsung dalam pelaksanaan PTK dari tahap awal sampai akhir (Depdikbud, 1999:8).
c. PTK bersifat self -evaluatif, yaitu kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinyu, dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan perbaikan dalam praktiknya secara nyata (Depdikbud,1999:8).
d. PTK bersifat luwes dan menyesuaikan. Penyesuaian itu membentuk prosedur yang cocok untuk bekerja di kelas dengan berbagai kendala yang melatar belakangi masalah di sekolah.
e. PTK terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empiris. Ada tidaknya kemajuan di telaah dari proses pembelajaran yang terus berjalan, informasi-informasi yang dikumpulkan, diolah, didiskusikan dan dinilai ketika guru bersama siswanya melakukan suatu tindakan. Perubahan kemajuan diamati dari peristiwa ke peristiwa dan dari waktu ke waktu, bukan sekedar impresionistis-subyektif melainkan dengan melakukan evaluasi formatif.
f. Ketentuan ilmiah dalam penelitian tindakan kelas memang agak longgar karena penelitian tindakan kelas merupakan antitesis dari desain penelitian eksperimental yang sebenarnya. Dengan demikian, sasaran bersifat situasional-spesifik untuk menyelesaikan masalah praktis. Sementara itu subyek penelitiannya terbatas dan tidak representatif. Oleh karena itu, temuan2nya tidak dapat digeneralisasi. Meskipun kendali ubahan pada ubahan bebas tdk ada, namun dlm pengkajian masalah& prosedur pengumpulan data dan pengolahannya tetap dilakukan secermat mungkin secara ilmiah.

PTK

ASAL USUSL PTK


Sejarah PTK banyak ditulis dan diperdebatkan orang. Salah satu sumber menyebutkan bahwa istilah "penelitian tindakan" mula-mula diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1934. Setelah mengalami berbagai pengalaman praktis yang berkaitan dengan penelitian tindakan, pada awal tahun 1940an Kurt Lewin mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu proses pengembangan daya pikir reflektif, disksi dan pengambilan keputusan sekaligus tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang biasa yang berpartisipasi dalam penelitian bersama mengenai "kesulitan pribadi" yang sama-sama mereka alami (Adelman, 1993:8).

Selanjutnya ada beberapa "turunan" dari berbagai pemelitian tindakan yang mengikuti berbagai dasar pemikiran. Di Amerika akarnya adalah pergerakan pendidikan progresif yang dipelopori oleh John Dewey (Noffke, 1994); upaya di Inggris  yang lebih diarahkan pada pembaruan kurikulum dan peningkatan keprofesionalan dalam mengajar (Elliot, 1991); dan upaya di Australia yang bermuara pada gerakan umum merancang kurikulum secara kolaboratif (Kemmis, 1990).

Secara khusus, pengembangan di daerah yang berbeda memiliki kekhasan yang berbeda pula tetapi secara umum, semuanya terpusat pada bagaimana lebih meningkatkan kemaslahatan anak didik. Menurut Noffke(1994), membaca hasil-hasil penelitian dosen di universitas akan kurang bermanfaat untuk memahami pengalaman guru di sekolah serta kirang memnuhi harapan guru yang ingin melakukan PTK. Oleh karena itu, kalau guru/calon guru ingin mempelajari PTK, hendaknya membaca hasil-hasil PTK yang telah ditulis oleh guru/calon guru mengenai pengalaman ber-PTK dikelasnya.

Sabtu, 01 Desember 2012

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF




A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan kampus, khususnya kehidupan kampus Universitas Islam Negeri Malang, dalam keseharianya sangat banyak kebiasaan-kebiasaan khususnya kebiasaan membaca yang berlangsung otomatis baik oleh kalangan para mahasiswa maupun oleh kalangan para dosen bahkan oleh kalangan para pemimpin universitas.
Bukti ini dapat dilihat pada aktivitas dalam perpustakaan umum Universitas Islam Negeri Malang, yang mana buka untuk melayani mahasiswanya baik yang hanya membaca, meminjam buku maupun yang mengembalikan buku yang telah di pinjam oleh mahasiswa mulai dari hari senin sampai hari sabtu adapun waktunya adalah mulai dari jam delapan pagi sampai pada jam lima sore. Jadi, kemungkinan banyak waktu yang di berikan kesempatan bagi mahasiswa untuk hanya sekedar mengunjungi untuk mencari referensi bahan kuliah sampai pada aktivitas membaca dalam perpustakaan. Mahasiswa dalam memanfaatkan perpustakaan ini banyak yang tertarik untuk mengunjungi perpustakaan umum universitas islam negeri malang hal ini terlihat dalam keseharianya, perpustakaan selalu di penuhi oleh mahasiswa.


Selain itu, untuk fasilitas buku bagi mahasiswa Universitas Islam Negeri Malangjuga tersedia dalam perpustakaan pada setiap jurusan. Hal ini berarti bahwa, kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malanguntuk membaca adalah banyak sekali. Baik dari segi buku-buku yang tersedia maupun waktu yang tersedia dan bahkan waktu pelayanan dari pegawai perpustakaan. Hal ini juga berarti bahwa, kesempatan bagi mahasiswa jurusan psikologi untuk membaca juga banyak dan lengkap. 

Akan tetapi, dalam penggambaran yang terlihat banyak mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan umum Universitas Islam Negeri Malang, hal ini wajar karena itu adalah perpustakaan untuk seluruh mahasiswa universitas islam negeri malang. Jika kita bandingkan dengan perpustakaan jurusan khususnya jurusan psikologi bagaimana? Apakah disana juga terlihat banyak mahasiswa yang setiap harinya mengunjungi perpustakaan jurusan yang mana di sana mereka melakukan aktivitas membaca ataupun meminjam buku. 

Fakta yang ada, kebiasaan membaca tidak dapat diukur melalui sering tidaknya mengunjungi perpustakaan atau ramai tidaknya perpustakaan. Akan tetapi, perpustakaan merupakan salah satu tempat dan fasilitas yang dapat membantu mahasiswa untuk melakukan aktivitas kebiasaan membacanya.
Jika kita melihat fakta yang ada, meskipun perpustakaan ramai oleh mahasiswa yang datang baik yang hanya sekedar untuk meminjam buku untuk referensi yang berkaitan dengan mata kuliah mahasiswa, atau bahkan yang datang ke perpustakaan hanya sekedar untuk mencari referensi untuk mengerjakan tugas mereka. Di dalam perpustakaan tersebut, banyak aktivitas membaca yang di lakukan oleh mahasiswa, baik hanya membaca karena untuk mencari bahan-bahan untuk menyelesaikan tugas mereka sampai pada aktivitas mahasiswa yang benar-benar membaca untuk menambah pengetahuan mereka.
Karena hal inilah yang kemungkinan dapat memberikan dampak yang positif bagi mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Meskipun dampak yang terlihat nyata belum begitu besar dan jelas, akan tetapi hal ini dapat memberikan dampak yang positif. Hal ini dikarenakan, dari aktivitas kebiasaan membaca akan dapat mempelajari rahasia segala ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kebutuhan. 

Sebagai mahasiswa psikologi, membaca merupakan suatu kebutuhan yang wajib terpenuhi. Karena ruang lingkup psikologi adalah manusia dan lingkungan. Manusia dan lingkungan hanya dapat di masuki melalui membaca, karena manusia dan lingkungan bukanlah sebuah bilangan yang dalam menghadapinya dengan menghitungnya ataupun mengalikanya. Akan tetapi manusia dan lingkungan hanya dapat dihadapi dengan pemahaman. Sebelum kita memahami, tentunya ada suatu konteks atau suatu informasi yang harus diejah dan dikenali terlebih dahulu.
Yang telah tersebut di atas, semua itu hanyalah sebatas pengertian kita tentang kebiasaan membaca yang dapat terlihat. Sebenarnya, pengertian dan pengetahuan tentang kebiasaan itu sendiri dapat dijabarkan dan juga perlu untuk dilakukan penelitian secara lebih lanjut. 

Pengertian kebiasaan membaca adalah suatu aktivitas yang rutin dilakukan dalam proses penalaran untuk mencapai pemahaman terhadap gagasan dan informasi yang di dapatkan melalui lambang-lambang yang ada baik tertulis maupun tidak. 

Aktivitas membaca tidak hanya membutuhkan mulut untuk mengeja dan mata untuk melihat, akan tetapi aktivitas membaca membutuhkan otak untuk memahami untuk melakukan aktivitas pemahaman. Yang mana otak dan aktivitas kognitifnya terletak jauh dan tersembunyi dari aktivitas mata dan indera lainya.
Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan membaca merupakan aktivitas kognitif seseorang yang tidak dapat dilihat hanya dengan indera saja. Karena aktivitas kognitif tidak akan bisa tampak jika kita tidak mendalaminya. 

Dalam melakukan rutinitas membaca, ada banyak cara yang diperlukan untuk dapat mendapatkan informasi yang memang benar-benar dapat membantu kita dalam pemahaman. Di kutip dari bukunya Ad Rooijakkers, yang berjudul cara belajar di perguruan tinggi beberapa petunjuk praktis pada halaman 17-18, ada lima cara yang diperlukan untuk membaca yaitu:

  1. Membaca terarah, yang mana dalam membaca terarah ini kita akan mendapatkan informasinya dengan cepat dan dalam waktu yang singkat.
  2. Membaca sepintas, yang mana dalam membaca sepintas ini kita harus mengetahui pikiran pokok tiap-tiap bab.
  3. Membaca mencari, yang mana dalam membaca mencari ini kita harus dengan cepat mencari kuncinya yaitu tentang keterangan yang akan di cari
  4. Membaca belajar, yang mana dalam membaca belajar ini kita harus mengetahui dan mengingat hal-hal yang penting dan detail.
  5. Membaca kritis, yang mana kita harus mengingat dan mengerti bahkan kita harus menilainya.
Dari kelima cara-cara membaca di atas, secara terlihat mata kita tidak akan mengetahui, apakah cara yang sebenarnya individu pakai.
Karena kebiasaan membaca merupakan bukan suatu aktivitas yang dapat dengan mudah terlihat dan dapat di ukur oleh indera saja, serta untuk menghindari adanya kerancuan dan diskriminasi penilaian tentang mana kebiasaan yang baik dan mana kebiasaan yang tidak baik, maka disinilah kita perlu untuk melakukan suatu penelitian dan penggalian informasi lebih mendalam tentang kebiasaan membaca pada mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Karena hal ini dapat membantu dalam perkembangan dan kemajuan serta dapat menjadikan masukan untuk menjadi lebih baik kusunya bagi mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Malang.

B. RUMUSAN MASALAH 

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini.
Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana kebiasaan membaca pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang?
  2. Faktor-faktor apa yang menjadi kebiasaan membaca pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang?
  3. Bagaimana dampak kebiasaan membaca pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui kebiasaan membaca pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang.
  2. Untuk mengetahui factor-faktor yang menjadi kebiasaan membaca mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang
  3. Untuk mengetahui dampak kabiasaan membaca pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Malang
Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitaian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi :

1. Peneliti
  • Untuk mengetahui manfaat kebiasaan membaca bagi peneliti
  • Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat termotivasi untuk membiasakan membaca.

2. Keilmuan

Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran kususnya tentang pengembangan konsep kebiasaan membaca dan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan psikologi khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum

D. KAJIAN TEORI
PENGERTIAN MEMBACA

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.

Adapun secara bahasa membaca diartikan sebagi Iqra’ yang diterjemahkan denagn perintah “membaca”(dalam bahasa arab) semata-mata bukan hanya ditujukan kepada pribadi junjungan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga untuk umat manusia sampai akhir zaman. Menurut Dr.Quraish Shihab dalam bukunya “Tafsir Al Amanah”, kata Iqra’ diambil dari kata kerja qaraa yang mempunyai arti beraneka ragam antara lain menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui cirri-cirinya.

Sekarang kalau kita pertanyakan, apa yang harus dibaca? Dalam surat Al-alaq tersebut tidak terdapat obyek spesifik yang harus dibaca. Dalam kaidah ilmu tafsir dikatakan suatu kata dalam susunan redaksi yang tidak disebutgkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum.
Akan tetapi tema yang kita angkat adalah membaca buku. Dalam hal tersebut membahas masalah strategi atau cara membaca buku dengan cepat, efektif, akurat, dan selainnya.

Membaca adalah aktifitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita. 

Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata-kata lain. Anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah ia membaca. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut :
  1. menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca.
  2. menggerakkan kepala dari kiri ke kanan.
  3. menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.

Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan waktu kecil itu tetap diteruskan hingga dewasa. Mestinya, orang dewasa dapat dengan cepat mengenali frase, kalimat, dan urutan ide sehingga cara-cara di waktu anak-anak tidak perlu lagi di gunakan.

Anak-anak yang sedari kecil terbiasa membaca—bukan sekadar membunyikan huruf dan kata—akan memiliki keterampilan, kemampuan, dan ketajaman mencerna isi bacaan. Apa yang menggerakkan mereka untuk membaca, akan sangat menentukan bagaimana mereka menyerap, menyaring, mengolah, dan memaknai informasi yang mereka lahap dari berbagai bacaan. Semakin sering mereka membaca buku-buku yang bergizi, teratur, dan baik penuturannya, kemampuan berpikir mereka akan lebih matang dan tertata. 

Itu sebabnya, yang perlu kita kembangkan pada anak-anak semenjak awal. Kita tumbuhkan semangat iqra’ bismirobbikal-ladzi khalaq. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan! Inilah perintah yang pertama kali diturunkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita.
Orang yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca cepat, sering mudah lelah dalam membaca karena lamban, tidak ada gairah, merasa bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk bisa menyelesaikan buku yang tipis sekalipun
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri.

Pengertian Kebiasaan membaca
Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun kebiasaan untuk terus menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa  haus akan informasi dan pengetahuan.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors yang mengatakan bahwa “Anyone who stops learning is old, whether at twenty  or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to Keep your mind young.” 

Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti  kita sudah tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan memelihara pikiran kita agar tetap muda.
Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya”The 7 Habits of Highly Effective People” sebagai berikut:
Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang pohon di hutan.
Apa yang sedang Anda kerjakan?” Anda bertanya.
Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar.
Saya sedang menggergaji pohon ini.”
Anda kelihatan letih!” Anda berseru. “Berapa lama Anda sudah mengerjakannya?”
Lebih dari lima jam,” jawabnya, “ dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras.”
Nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah
Gergaji itu?” Anda bertanya. “Saya yakin Anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat.”
Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata dengan tegas. “Saya terlalu sibuk menggergaji.”
Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting karena melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat memperbarui keempat dimensi alamiah kita – fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.
Membaca merupakan salah satu cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas diri kita. Meskipun kita memiliki “keterbatasan waktu”, kita tetap perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien. 

MODEL DALAM MEMBACA

Kebanyakan model teoritis yang ada mengenai proses membaca mencoba menjawab pertanyaan bagaimana orang mengenali kata-kata yang tercetak dalam bacaan. Karena itu, hampir semua model terfokus pada pertanyaan-pertanyaan berikut (Wolf dkk 1988: dalam Gleason dan Ratner 1998: 425).
  1.  Apakah kata dikenali dengan mengakses representasi kata itu secarakeseluruhan, ataukah dengan mengakses fitur-fitur seperti bentuk huruf, gabungannya menjadi suku, kemudian kata dan sebagainya?
  2. Apakah kata dikenali dengan akses langsung ke makna ataukahmelewati wujud fonologisnya?
  3.  Apakah pengenalan kata itu menyangkut proses yang berseri ataukah proses yang simultan?
  4. Apakah pengenalan kata itu terutama dibantu oleh konteks (dari atas ke bawah) ataukah dari bawah ke atas? Ataukah merupakan interaksi antara kedua-duanya?
  5. Apakah pengenalan kata itu terjadi melalui aktivasi atau melalui pencarian di kamus mental kita?”
Berikut adalah beberapa model yang menjawab sebagian dari pertanyaan-pertanyaan diatas.

A. Model atas ke bawah

Smith (1971, dalam Gleason dan Ratner 1998;426) mengajukan model atas ke bawah yang prototipikal. Dalam model ini, representasi yang mewakili kata dalam memori kita adalah fitur-fitunya seperti garis lurus, setengah lingkaran, dan letaknya. Pada waktu sebuah kata dibaca, fitur-fitur ini bermunculan, tetapi hanya fitur-fitur yang cocok, persis dengan apa yang ada dalam leksikon mental itulah yang akhirnya dipilih. Akan tetapi, retrival fitur-fitur ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang kita miliki dan konteks di mana kata itu dipakai. Seandainya kata yang tertulis dalam suatu kalimat anting seperti pada kata “Kucing itu sedang dikejar anting” maka tidak mustahil bahwa pembaca akan menafsirkan kata anting sebagai salah cetak.
Pemakaian konteks sebagai pembantu menimbulkan kontroversi karena dari penelitian yang lain ditemukan bahwa orang hanya menerka 1 dari 4 kata dalam konteks di mana kata itu dipakai. Sebaliknya, fitur yang membentuk kata banyak mendapat dukungan karena wujud dan macam huruf (font) seperti apapun yang dipakai, kita tetap saja bisa membacanya.

B. Model bawah ke atas

Landasan dasar untuk model yang disebut juga sebagai model yang berdasarkan stimulus, adalah bahwa rekognisi terjadi secara diskrit, berhierarki, dan bertahap. Informasi yang ada pada suatu tahap dimanfaatkan untuk membangun tahap berikutnya. Karena itu pada tahap ini ada tahap sensori, tahap rekognisi, dan tahap interpretasi. Bila ditemukan makna dari kata itu, maka selesailah sudah proses interpretasi kata itu. Seandainya kata yang dibaca tidak ditemukan maknanya, maka pembaca dapat menolak kata itu sebagai kata bahasa Indonesia, atau dia akan bertanya kepada orang lain, atau melihat dikamus, untuk mengetahui makna kata itu.
Ada beberapa model lain seperti model Whole-Word, model component-letter, dan model lagogen yang menangani aspek-aspek lain dalam membaca yang akan terlalu rinci untuk disajikan disini (Lihat Gleason dan Ratner 1998: 427-436).

Tentunya, membaca bukan berhenti pada rekognisi kata demi kata saja tetapi mencakup berkaitan antara satu kata dengan kata lain. Hal ini berarti bahwa membaca merupakan suatu proses yang kompleks karena ia menyangkut berbagai kemampuan linguistik dan pengetahuan yang ekstralinguistik.
(Psikolinguistik. Pengantar pemahaman bahasa manusia. soenjono dardjowidjojo. 2003. Jakarta: yayasan obor Indonesia).

C. CARA MEMBACA YANG EFEKTIF

Ada banyak metode yang ditawarkan ilmuwan. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satunya yakni metode SQ3R. metode SQ3R memberikan srategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/sub judul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban pertanyaan.
Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941, merupakan sistem membaca yang semakin popular digunakan orang.
Metode ini bukan cara yang lebih cepat untuk memahami suatu bab, namun tingkat pemahaman yang di peroleh diharapkan lebih mendalam karena kita membaca dengan aktif sehingga proses membaca menjadi lebih efektif dan efisien.
Membaca dengan metode SQ3R trediri atas lima tahapan proses yaitu :
1. Survey atau meninjau
2. Question atau bertanya
3. Read atau membaca
4. Recite atau menuturkan
5. Review atau mengulang

1. Survey

Survey adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk :
1. mempercepat menangkap arti,
2. mendapatkan abstrak,
3. mengetahui ide-ide yang penting,
4. melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5. mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan,
6. memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih
mudah.
Dengan melakukan survey atau peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan untuk memfokuskan perhatian pada saat membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau ?
Baca judulHal ini membantu untuk memfokuskan pada topik bab.
Baca pendahuluanMemberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam bab.
Baca kepala judul/sub babMemberikan gambaran mengenai kerangka pemikiran.
Perhatikan grafik, diagramAdanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks.
Perhatikan alat Bantu bacaTermasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk membantu pemahaman dan mengingat.
2. Question
Setelah kerangka pemikiran suatu bab diperoleh, mulai perhatikan kepala judul/sub bab yang biasanya dicetak tebal. Dan ubah kepala judul tersebut menjadi beberapa pertanyaan.
Tulislah pertanyaan-pertanyaan ini pada suatu kolom dan kolom sisanya untuk jawaban yang diperoleh selama membaca. Misalkan kita membaca buku tentang “Belajar di Universitas” dan kepala judulnya adalah “Gunakan Tempat Belajar yang Sama”. Pertanyaan yang dapat kita munculkan adalah “Mengapa saya harus belajar di tempat yang sama?” dan “Di mana lokasi belajar saya sebaiknya?”
Kita dapat menambah pertanyaan pada waktu membaca. Pertanyaan yang baik akan memberikan pemahaman yang lebih baik pula. Tahap bertanya ini akan menyebabkan pikiran kita terlibat secara akthif dalam proses belajar sehingga akan membantu pemahaman dan mengingat.
3. Read
Dengan membaca, kita mulai mengisi inforfmasi ke dalam kerangka pemikiran bab yang kita buat pada proses Survey. Bacalah suatu subbab dengan tuntas, jangan pindah ke subbab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada proses Question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan kata-kata sendiri di kertas.
Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok. Perlambat cara membaca anda di bagian-bagian yang penting atau yang anda anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah anda ketahui.
Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1) jangan membuat catatan-catatan. Ini akan memperlambat anda dalam membaca. Selain itu juga berbahaya, catatan anda itu bisa jadi hanya merupakan kutipan kata-kata penulisnya saja. (2) jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frase tertentu, bisa jadi setelah anda selesai membaca acap kali ternyata anda salah memilihnya. Kalau memang ada yang menarik atau anda anggap penting cukup beri tanda silang di pinggir halaman dulu. Untuk kemudian nanti dapat dicek kembali.
Kita perlu memisahkan keterangan rinci dan contoh- contoh dari konsep utama. Hal itu ditujukan untuk membantu kita memahami konsep utama.
Proses membaca ini terkadang berlangsung sangat lambat terutama bila subbab mengandung informasi yang padat dan kompleks. Subbab seperti ini dapat membuat kita binggung bahkan mengalami frustasi. Bila ini terjadi berfhentilah sejenak, coba temukan mengapa kita menjadi binggung, kita dapat juga mencoba menimbulkan pertanyaan lain.
Kalau upaya ini belum membuahkan hasil, tandai subbab ini, teruskan membaca subbab berikutnya. Kadang-kadang ada masalah yang membuat kita bingung menjadi jelas pada subbab berikutnya.
4. Recite
Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau menyebutkan hal-hal penting dari bab itu. pada kesempatan itu, anda dapat juga membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi.
Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca. Dengan melakukan proses Recite ini kita melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang di baca. Proses ini dilakukan setelah kita menyelesaikan suatu subbab.
Cara melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku.
Kita dapat pula melakukan Recite dengan menuliskan butir-butir pemikiran yang penting dalam subbab tersebut. Bila kita menemukan paragraf yang membuat kita sulit untuk dapat melakukan proses ini, bacalah kembali paragraf tersebut.
Berapa lama untuk tahap ini ? anda perlu menyediakan waktu setengah dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan merupakan pemborosan waktu, melainkan memang diperlukan untuk tahap ini. Justru pembaca yang hanya membaca sekadar membaca itu memboroskan waktu.
5. Review
Daya ingat kita terbatas. Sekalipun dalam waktu membaca 85% kita menguasai isi bacaan, kemampuan kita dalam 8 jam untuk mengingat detail yang penting tinggal 40%. Dan, dalam tempo 2 minggu pemahaman kita tinggal 20%. Oleh karena itu, janganlah Anda lewatkan langkah terakhir ini: Review.
Review membantu kita untuk menyempurnakan kerangka pemikiran dalam suatu bab dan membangun daya ingat kita untuk bahan pada bab tersebut. Proses ini dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab, melengkapi catatan atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah dengan menjelaskan kepada orang lain.
 Kapan SQ3R dipakai ?
Tidak ada teknik yang cocok untuk semua kondisi. Demikian juga dengan SQ3R, teknik ini tidak cocok untuk buku teks dengan fokus untuk memecahkan masalah, misalkan buku teks matematika. Untuk buku jenis teks ini kita lebih baik memberikan waktu lebih banyak untuk mengerjakan soal-soal. SQ3R merupakan teknik yang tepat untuk memahami buku-buku teks yang memberikan banyak informasi dan mengharuskan kita mempelajarinya secara mendalam.
Dengan teknik SQ3R diharapkan kita dapat memperoleh keuntungan maksimum dari waktu yang diberikan untuk membaca. Teknik ini membantu kita untuk dapat mengetahui kerangka suatu subyek, membantu kita memisahkan konsep utama dengan keterangan rinci dan membantu kita menetapkan sasaran belajar.
Dalam pemakaiannya, proses-proses dalam SQ3R ini dapat memperoleh tekanan yang berbeda tergantung pada kebutuhan kita, misalkan untuk membaca pertama kali suatu bahan sebagai persiapan untuk kuliah, kita perlu menekankan pada proses survey untuk memperoleh gambaran tentang kerangka berpikir. Pengetahuan kita akan kerangka bahan akan sangat membantu kita membuat catatan kuliah di kelas. Bila kita belajar untuk menyiapkan ujian, proses review yang ditekankan sambil menambahkan pertanyaan (Question) sebagai bagian untuk mensimulasikan soal ujian.perlu diingatkan bahwa untuk memakai metode SQ3R, kita perlu latihan. Jangan patah semangat karena waktu yang dibutuhkan lebih banyak. Ingatlah keuntungan berupa pemahaman yang lebih baik yang dapat kita peroleh untuk jangka panjang. Tetaplah memelihara motivasi kita untuk belajar.
 Cara membaca yang menyenangkan
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan.
Di zaman sekarang ini, kelihatannya sebagian besar pelajar kurang memiliki minat membaca, terutama membaca buku pelajaran. Ini diakibatkan oleh karena sebagian pelajar tidak memiliki metode dalam membaca, sehingga pada saat membaca timbul rasa malas, bosan, dan mengatuk. Simak deh tip-tip di bawah ini supaya tercipta suasana membaca yang menyenangkan.
 Persiapan Sebelum Membaca
1. Pilihlah waktu yang menurut kita sesuai untuk membaca. Waktu yang sesuai di sini adalah waktu di mana tidak terdapat gangguan, baik dari luar maupun dari dalam diri kita. Waktu yang sesuai disini hanya kita sendiri yang tahu kapan. Namun, sebagain besar orang percaya bahwa waktu yang baik untuk membaca, khususnya buku pelajaran, adalah di pagi hari.
2. Pilihlah tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca, yaitu tempat yang terang, sejuk, bersih, nyaman, tenang dan rapih menurut kita sendiri.
3. Pastikan posisi membaca kita adalah posisi yang benar. Posisi yang benar pada waktu membaca adalah duduk dengan posisi badan tegak, tidak bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dengan mata kita kurang lebih 30cm.
4. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca, seperti pensil atau spidol.
5. Ada baiknya sebelum belajar kita berdoa terlebih dahulu sesuai dengan kepercayaan masing-masing supaya ilmu yang kita dapat bermanfaat.
 Berbagai Cara Membaca
Terdapat 3 cara umum membaca di dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari apa tujuan proses membaca tersebut.
1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras. Bacaan yang mengandung unsur hiburan disini contohnya novel, cerpen, komik, majalah ringan dll.
2. Membaca untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah mencari dan memahami ilmu yang terkandung dalam bacaan tersebut.
3. Membaca kritis. Membaca di sini sama dengan membaca untuk mencari ilmu. Namun membaca di sini diikuti oleh proses menelaah isi bacaan tersebut, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan apa itu?, mengapa bisa terjadi?, oleh siapa?, kapan?, di mana? dan bagaimana itu bisa terjadi? Dalam membaca kritis, kita membuat bacaan sebagai lawan yang harus dikalahkan dengan cara mengetahui dan memahami seluruh isinya.
Belajar dengan menggunakan metode membaca kritis akan menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Kita tidak hanya diminta untuk memahami isi bacaan tapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi tersebut. Tertarik dengan membaca kritis? Simak deh aturan main dalam membaca kritis di bawah ini :
a. Melakukan survei isi buku. Langkah awal yang harus kita lakukan adalah membaca terlebih dahulu bahan bacaan secara sepintas pada bagian-bagian tertentu saja. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran umum mengenai bacaan tersebut. Bagian-bagian yang perlu diperhatikan adalah :
Paragraf awal, paragaraf akhir dan juga beberapa paragraf di tengah
Bagian daftar isi, gambar-gambar, tabel dan grafik yang memiliki
gambaran umum mengenai bacaan tersebut.
Soal-soal yang mungkin terdapat dalam bacaan tersebut.
b. Membuat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya akan timbul pada saat kita melakukan survei. Jika tidak terdapat pertanyaan, usahakan cari apa yang kita tidak mengerti, minimal ada sebuah kata yang kita tidak tahu artinya dan beri tanda pada bagian-bagian yang tidak dimengerti tersebut.
c. Membaca. Merupakan langkah dominan dalam metode ini. Membaca di sini sebagai langkah untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses survei. Baca dengan teliti dan seksama paragraf demi paragraf, bagian demi bagian untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari tiap bagian. Usahakan jangan pindah bagian jika kita belum mengerti dan memahami bagian tersebut.
d. Evaluasi. Merupakan langkah di mana terdapat pertanyaan apakah kita sudah menguasai bahan? Yakinkan bahwa kita sudah memahami bahan bacaan tersebut. Jika belum, coba cari apa yang anda tidak mengerti dan temukan jawabannya.
e. Meninjau ulang. Merupakan langkah terakhir kita dalam membaca kritis. Cobalah kita tutup dulu bukunya, kemudian pikirkan apa yang sudah didapat dari bacaan tersebut. Tuliskan hasil pikiran tersebut dalam secarik kertas, dan bandingkan dengan apa yang terdapat pada buku bacaan
EMETODE PENELITIAN
1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
 Pendekatan dalam Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.1
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan
dengan kenyataan ganda
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden
3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena3.
2. KEHADIRAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Universitas Islam Negeri Malang. Jalan Gajayana no. 50, Malang, Jawa Timur
Universitas Islam Negeri Malang adalah satu-satunya perguruan tinggi islam negeri, yang berada di daerah malang, dan merupakan universitas yang menerapkan dua bahasa pada mahasiswanya, yaitu bahasa arab dan bahasa inggris, serta merupakan universitas yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti asrama untuk mahasiswa, baik putra dan putri, serta menerapkan sistem pembelajaran yang mengintegrasikan antara ilmu islam dan konvesional, sehingga mahsiswa menjadi isnsan yang cerdas, profesional, dan mempunyai kedalaman spiritual.
4. SUMBER DATA
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian4. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan5. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang Manajemen Pembelajaran di Universitas Islam Negeri Malang yaitu dengan cara wawancara dengan mahasiswa Fakulatas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan mahasiswa Fakulatas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana peroses dan kebiasaan membaca pada mahasiawa Fakulatas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang perilaku kebiasaan membaca pada mahasiswa Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)6.
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang perilaku kebiasaan membaca pada mahasiswa Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan mahasiswa Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang perilaku kebiasaan membaca pada mahasiswa Fakultas Psikologi Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
6. ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.7
Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki8.
7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN
Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1) kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain :
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi.
2. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’10. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan membaca pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat gaya membaca, kebiasaan membaca, sering atau tidaknya membaca, yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang.
c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk ujian skripsi.
9. PUSTAKA
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 200

         Sumber: http://tizarrahmawan.wordpress.com/2009/12/09/contoh-proposal-penelitian-kualitatif/

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan kampus, khususnya kehidupan kampus Universitas Islam Negeri Malang, dalam keseharianya sangat banyak kebia...